dina utami

It's Where I Put My Words and Anything I'd Like to Keep in Mind

Sunday, July 16, 2006

Makhluk Dua Dimensi -Bulletin boerd by Abu Nawas

"Kita bukanlah manusia yang mengalamipengalaman-pengalaman spiritual, kita adalahmakhluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi. Manusiabukanlah "makhluk bumi" melainkan "makhluklangit". (Teilhard de Chardin)

Jalaluddin Rumi mengungkapkan dalam syairnya,Dalam badai cinta, akal hanyalah seekor serangga.Karena itu, bagaimana mungkin akan menemukanruang untuk mengembara? Pada perjalanan keSidratul Muntaha, Jibril meningalkan Muhammad.Katanya, 'Diriku akan terbakar jikalau meneruskanperjalanan. Diriku tak akan kuat berhadapandengan cinta dan peleburan yang bersemayam disana'.

Benar apa yang dikatakan Ibnu Atha'illah dalam kitabnya Al-Hikam, "Allah tidak bertempat di ruangyang tinggi, maupun di ruang yang rendah. Allahtidak berada di langit atau di bumi. Allah berada didalam hati setiap hamba-Nya yang beriman.Alangkah indahnya! Jika si hamba mencari Allah,maka carilah Ia di sana".

Manusia, makhluk dua dimensi

Hakikatnya, manusia tercipta dari dua unsur yangberbeda, yaitu unsur bumi, unsur tanah yangrendah, dan unsur langit yang tinggi. Allahmenciptakan manusia dari segenggam tanah keringyang bau busuk. Itulah yang kemudian menjelmasebagai fisik manusia dengan segala macamketertarikannya kepada dunia dan hal-hal yangberbau materi. Tak heran bila manusia butuhmakan, minum, berhubungan seks, dan lainnya.

Disela-sela proses penciptaan itu berlangsung,Allah pun meniupkan ruh-Nya ke dalam wujudmanusia tersebut hingga ia memilikikecenderungan untuk "melangit", menuju hal-halspiritual. Dengan ruh, manusia diantar menujutujuan non-materi yang tidak bisa diukur dilaboratorium. Dimensi inilah yang mengantarmanusia pada keindahan, pengorbanan, pemujaan,rasa cinta, kesetiaan, kenikmatan beribadah, danlainnya. Hingga akhirnya, manusia menuju suaturealitas Mahasempurna, yang gaib, tanpa batas,tanpa akhir, dan tanpa cacat. Itulah AllahRabbul 'Alamin.

Kualitas seorang manusia sangat ditentukan olehinteraksi kedua unsur tersebut. Apabila daya tarikunsur bumi lebih kuat, maka manusia tak akan jauhbeda dengan binatang bahkan lebih buas atau lebihbodoh darinya. Ia akan sekuat tenaga mencarisebanyak mungkin materi, dengan mengabaikansuara hati. Tapi bila unsur langit lebih kuattarikannya, maka manusia akan menjadi "malaikat"yang terlahir di dunia.

Walaupun demikian, tanpa adanya jasad ataukeinginan yang bersifat materi, ia tidak akandianggap manusia. Idealnya, terdapatkeseimbangan interaksi di antara keduanya,dengan posisi daya tarik unsur langit berada di atasunsur bumi. Unsur langit sifatnya kekal abadi,seabadi Dzat yang meniupkannya. Tidak demikiandengan unsur bumi, dalam jangka waktu tertentu iaakan hancur dan hilang tanpa bekas untuk kembalikebentuk asalnya.
Apa maknanya bagi kita? Nilai seorang manusiatidak dilihat dari seberapa bagus fisiknya atauseberapa banyaknya ia memiliki harta, atauseberapa tinggi kedudukannya di hadapan manusia.Nilai seorang manusia tergantung pada seberapatinggi kualitas keimanan dan penghayatanspiritualnya.

Semua yang berbentuk fisik hanya sementarasifatnya dan terbatas di dunia. Tapi yang bersifatspiritual akan senantiasa kekal, hatta fisik manusiatelah hancur. Karena itu, sekeras apapun manusiabekerja, memanjakan diri, dan mencarikesenangan dari aspek-aspek materi, toh padaakhirnya semua itu akan hilang. Semua itu tidakberguna sedikitpun kecuali bila disandarkan padasesuatu yang transenden; sesuatu yang melintasifisik dan ruang materi.
Terkenang saya akan filosof Prancis Thielhard deChardin. Dengan tepat ia mengungkapkan sebuahkenyataan bahwa manusia bukanlah makhluk yangmengalami pengalaman-pengalaman spiritual, tapimakhluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi. Manusiabukanlah "makhluk bumi" melainkan "makhluklangit".

Hakikatnya, kita adalah makhluk langit yangditurunkan Allah ke bumi untuk menguji seberapabesar keimanan kita kepada-Nya. Karena itu, selalaidan seingkar apapun kita, suatu hari nanti kita pastiakan mengingat jati diri dan janji primordial kitakepada Allah di alam rahim lalu, bahwa kita adalahhamba Allah, yang berasal dari Allah dan akankembali kepada Allah.
Difirmankan, Dan (ingatlah), ketika TuhanmuMengeluarkan keturunan anak Adam dari sulbimereka dan Allah mengambil kesaksian terhadapjiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku iniTuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (EngkauTuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukanyang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidakmengatakan, "Sesungguhnya kami (Bani Adam)adalah orang-orang yang lengah terhadap ini(Keesaan Tuhan)"... (QS Al-A'raaf [7]: 172).

Firaun dalam kisah Nabi Musa adalah contohkonkret. Ia adalah raja lalim, sombong, dankesombongannya mencapai puncak denganmendeklarasikan diri sebagai Tuhan. Tapimenjelang ajal tiba saat tenggelam di Laut Merah,ia teringat akan jati dirinya sebagai hamba Allah,dan mengakui segala kesalahannya. Ketika itu,suara hatinya yang berasal dari tiupan ruh Ilahikembali terpancar, namun sayang semuanyaterlambat.
Alhamdulillah, Allah Yang Maha Penyayang masihmemberikan kesempatan pada kita untuk menggalikembali sisi ruhaniah yang selama itu keraptertutupi debu dan noda dosa. Allah masihmenampakan serangkaian kejadian, kisah,peringatan, hikmah, atau apapun yangmenyadarkan bahwa kita dalam hati kita adapermata yang mahal harganya, yaitu kesadaranakan adanya Allah dan kesadaran akan posisi kitasebagai makhluk spiritual yang melangit. Dengankesadaran ini, kurang pantas kiranya bila kitakembali melakukan perbuatan rendah yangmenurunkan derajat kemanusiaan kita ke tempatyang paling rendah.

Wallahu a'lam bish-shawab.